Waktu SD pas gue maen ayunan salah satu temen gue bilang “jangan didorong kenceng2 ntar penyakitnya nurul kambuh.”
Mungkin maksud mereka baik,anak SDkelas 2 tau apa sih tentang leukemia . Tapi pas gue nyampe rumah, gue malah nangis. Mama tanya kenapa gue nangis dan gue cerita semuanya sama mama.
Besoknya,saat jemputan gue dateng mama menegur temen gue yang udah bikin gue nangis kemaren.
Jujur gue gak mau mama negur anak itu karena gue takut ntar malah di musuhin sama dia. Mama pasti merasa lebih sedih, walaupun waktu itu mama gak nangis gue yakin sebenarnya mama lah yang merasa lebih sakit. Waktu itu gue gak tau apa itu leukemia yang gue tau dan gue inget hanya rasa sakit saat harus di suntik di punggung . Kepala gue harus mencium tumit gue dan jarum besar itu menembus kulit gue. Untuk ukuran gue yang saat itu belum TK, kencing di kasur udah mewakili seberapa besar rasa sakit yang gue alami. Jerit tangis pasti terdengar keluar ruangan. Hanya ada satu orang yang berani dan selalu ada menemani gue di ruangan terkutuk itu. MAMA.
Walaupun harus menangis dan memegang tangan gue dengan erat ia selalu bilang “sebut nama Allah nurul” . Terkadang saat kita merasa sakit, ternyata orang yang mencintai kita lah yang sebenarnya merasa jauh lebih sakit. Mendengarkan dan melihat anak pertamanya terbaring dangan muka pucat dan tangan membiru karna terlalu sering disuntik, gue gak bias bayangin seberapa sering mama nangis.
Papa sering keluar kota karena pekerjaan, walaupun dia di Jakarta seinget gue papa gak pernah menemani gue masuk ruangan terkutuk itu. Siapa pun gak akan kuat menyaksikan yang semua mama lihat. Adik gue, Ilham lebih sering tinggal di rumah nenek dengan pembantu karena kesibukan mama mengurus gue bolak-balik ke cipto. Maafin uni il, masa kecil lo mungkin kurang perhatian mama.
Pernah suatu hari waktu gue masih dirawat di cipto, temen sekamar gue bokapnya datang bawa fried chicken. Karena sifat anak kecil yang gampang iri, langsung deh gue ngambek minta di beliin kayak gitu juga. Berhubung yang ada dan selalu ada di rumah sakit adalah mama, dialah yang pergi membeli pesanan gue. Gue masih inget banget waktu mama pergi sore hari dengan langit yang mendung. Mama pergi ke daerah jatinegara, tempat menjual fried chicken terdekat. Saat mama sampai, ia basah kuyup sambil berlari kecil. And guess what?
Habis makan, gue muntah. Mungkin karena efek obat yang gue minum. Maaf ma selalu dan selalu merepotkanmu.
Mama pernah bilang saat kita ada di kondisi paling terpuruk dalam hidup, kadang kita tidak menginginkan orang lain hadir dan mengasihani. Itulah yang mama rasakan waktu keluarga dan teman terdekat gue menjenguk di rumah sakit. Saat mereka melihat kearah gue dengan simpatik, mama harus berjuang meyakinkan dirinya kalau anaknya dalam keadaan yang baik-baik aja.
Gue pernah baca buku catatan mama yang ditulis awal gue masuk rumah sakit.Dan dibuku itu tepat ditulis tanggal 25 desember. Hari kelahiran gue. Di tanggal itulah pertama kalinya gue masuk R.S setelah dokter bilang gue kena leukemia. Mama ultah tanggal 28 desember udah pasti itu jadi kado terburuk dalam hidup mama.
Sampai saat ini ada beberapa keluarga gue yang nanya sama gue,masih inget gak waktu dirawat dan segala hal berbau rumah sakit dan pengobatan yang gue jalani . Sejujurnya itu semua kayak mimpi buat gue. Tapi ada beberapa hal yang menjadi kenangan indah. Saat semua orang yang datang membawa mainan. Dan yang terburuk saat harus berada dalam ruangan terkutuk itu.
Mama bilang gue harus masuk ke ruangan terkutuk itu lagi untuk memastikan seberapa besar kanker yang masih ada dalam tubuh gue. Tapi dalam hati gue bersumpah gak akan pernah mau.
Makasih mama untuk semua perjuangan untuk mempertahankan hidup gue dan maaf maaf maaf atas semua air mata yang menangis tiap malam. I can’t imagine my self without someone like you in my second life.
skip to main |
skip to sidebar
Minggu, 14 Maret 2010
Be Loved Grandma
Selain mama, ada seorang wanita lagi yang sangat berpengaruh dalam hidup gue. Nenek. Nenek selalu membuat gue merasa special. Of course karena gue cucu kesayangan dia. Walaupun nenek gak pernah bilang ke sepupu gue yang lain, tapi gue yakin mereka bisa ngerasa perhatian nenek yang lebih sama gue. Munkin salah satu alasan nenek manyayangi gue lebih karena gue cucu pertama atau mungkin karena penyakit gue? Gue gak pernah tau. Dari kecil kalo papa keluar kota, mama pasti nginap di rumah nenek. Berminggu-minggu disana dan pulang kerumah hanya kalo papa lagi di jakarta. Saat masih TK gue udah sering nginep di rumah nenek tanpa mama. Dan jika papa datang jemput gue, maka sepanjang perjalanan pulang adalah hal yang sangat membutuhkan kesabaran. Gue yang nangis sambil nendang kursi jok mobil papa. Bukan hal yang mudah membawa gue jauh dari nenek. Gue gak pernah nangis waktu papa harus tugas keluar kota tapi gue akan nangis dan merengek minta nginep di rumah nenek.
Pernah waktu gue SD nenek bilang “nurul gak usah merasa minder. Nenek,kakek,mama,papa, tante,om semua sayang sama nurul”. Bibir gue hampir berdarah nahan nangis. Kadang gue ngerasa bingung gimana nenek bisa tau apa yang gue lagi rasain. Setiap kata yang keluar dari mulut nenek adalah motivasi buat gue. Bahkan mama gak pernah mengeluarkan kata-kata semanjur nenek. Tiap liburan sekolah, nginep di rumah nenek adalah hal utama buat gue. Bukan karena dipaka ataupun terpaksa tapi kemauan gue sendiri. Gue gak peduli seberapa bosennya guru membaca karangan liburan gue yang isinya selalu tentang “Menginap di rumah nenek.”
Saat kakek gue meninggal tahun 2005, sebelum melihat gue dengan seragam putih-biru, siapapun tau nenek lagi ada dalam masa terpuruknya. Ditinggal oleh suami yang sudah dikenalnya sejak SMP. Gue selalu iri tiap nenek bercerita tentang dirinya dan kakek yang udah mulai jatuh cinta saat masih SMP dan dengan segala masalah yang ada saat pernikahan mereka bertahan sampai maut menjemput kakek. Soulmate sejati hanya dapat dipisahkan kematian. Kakek yang awal datang ke Jakarta dari padang setelah menikah dengan nenek hanya bekerja sebagai tukang cuci piring rumah makan kemudian menjadi seorang manager di Perusahaan penerbangan THAI AIRWAYS.
12 kali ke Bangkok dan Negara lain tanpa membayar biaya perjalanan dengan akomodasi mewah membuat gue menjadikan kakek sebagai panutan gue. Andai aja waktu itu gue udah gede dengan seneng hati gue ikut.
Gue kangenn banget sama nenek. Gue gak peduli gak ikut trip observasi ke Bali, asalkan gue boleh nginep di rumah nenek dan menghabiskan waktu sama nenek itu udah cukup buat gue. Nenek gue bukan tipe yang bawel dan suka merintah, dia tegas dan tatap matanya seakan-akan ia menyayangi semua orang. You like my mother but sometimes you more than it. Mungkin gue gak akan pernah siap ditinggal nenek.
Pernah waktu gue SD nenek bilang “nurul gak usah merasa minder. Nenek,kakek,mama,papa, tante,om semua sayang sama nurul”. Bibir gue hampir berdarah nahan nangis. Kadang gue ngerasa bingung gimana nenek bisa tau apa yang gue lagi rasain. Setiap kata yang keluar dari mulut nenek adalah motivasi buat gue. Bahkan mama gak pernah mengeluarkan kata-kata semanjur nenek. Tiap liburan sekolah, nginep di rumah nenek adalah hal utama buat gue. Bukan karena dipaka ataupun terpaksa tapi kemauan gue sendiri. Gue gak peduli seberapa bosennya guru membaca karangan liburan gue yang isinya selalu tentang “Menginap di rumah nenek.”
Saat kakek gue meninggal tahun 2005, sebelum melihat gue dengan seragam putih-biru, siapapun tau nenek lagi ada dalam masa terpuruknya. Ditinggal oleh suami yang sudah dikenalnya sejak SMP. Gue selalu iri tiap nenek bercerita tentang dirinya dan kakek yang udah mulai jatuh cinta saat masih SMP dan dengan segala masalah yang ada saat pernikahan mereka bertahan sampai maut menjemput kakek. Soulmate sejati hanya dapat dipisahkan kematian. Kakek yang awal datang ke Jakarta dari padang setelah menikah dengan nenek hanya bekerja sebagai tukang cuci piring rumah makan kemudian menjadi seorang manager di Perusahaan penerbangan THAI AIRWAYS.
12 kali ke Bangkok dan Negara lain tanpa membayar biaya perjalanan dengan akomodasi mewah membuat gue menjadikan kakek sebagai panutan gue. Andai aja waktu itu gue udah gede dengan seneng hati gue ikut.
Gue kangenn banget sama nenek. Gue gak peduli gak ikut trip observasi ke Bali, asalkan gue boleh nginep di rumah nenek dan menghabiskan waktu sama nenek itu udah cukup buat gue. Nenek gue bukan tipe yang bawel dan suka merintah, dia tegas dan tatap matanya seakan-akan ia menyayangi semua orang. You like my mother but sometimes you more than it. Mungkin gue gak akan pernah siap ditinggal nenek.
From Paris With Love
Abis pusing-pusing karena ulangan blok, gue dan ke-7 teman gw (Naomi,mute,devi,nia,citra,khomeng,vety) nonton bareng di detos. Sempet bingung sih awalnya mau nonton atau karaoke-an coz film yang diputer waktu itu rata2 kurang menarik. Di antara film yang kurang menarik itu ada 1 film yang dari judulnya terkesan drama tapi pas lihat covernya kok action gitu. Yaudah daripada nonton film horor Indonesia (yang sebenernya menurut gue cuma anak kecilyang bilang itu film horor tapi buat orang dewasa merupakan “hiburan”)
So. Kita nonton film judulnya FROM PARIS WITH LOVE. Bener kan dari judul aja udah drama abiss. Jujur gue gak begitu suka film action, males aja liat orang tembak-tembakan terus berantem. Tapi setelah gue serius nonton ternyata ceritanya bagus lho. Dan ada unsur dramanya walaupun sedikit. Yang paling penting tokoh utamanya ganteng. Sayang gue lupa namanya. Selama film diputar gue agak ragu temen gue yang namanya devi perhatiin filmnya abis tiap gue nengok kea rah dia, dia lagi maen hp. Pasti lagi sms-an sama brondongnya (peace depp).
Keluar bioskop, kita foto-foto depan detos21. Eh lebih tepatnya sih mereka yang foto-foto gue yang fotografernya. Sempet mau ke ws (warung steak) tapi di detos gak ada ws,dan kita mesti naek angkot dulu kalo mau makan disana kayaknya gak keburu tuh sama perut yang udah laper. Jadi makan di hokben aja. Gue baru liat ada orang makan nasi pake salad. Mute dan Nia. Setau gue salad itu buat makanan penutup. Pas gue cobain…..hmm, gak terlalu buruk sihh tapi kayaknya gue gak doyan deh. Kelar makan kira-kira jam setengah 5, gue, naomi,mute,khomeng, dan citra (yang suka banget baca buku) mampir ke gramed. Devi, nia,vety (yang kurang suka baca buku ) langsung pulang. Wow gak berasa kalo udah jam 6 keluar dari gramed. Seperti biasa kalo gue ke depok bareng sama temen dan temen gue arah pulangnya gak naek angkot jurusan depok-pal maka gue ikut temen yang naek 112 trus turun di lampu merah cibubur. Alasan nya simple aja. GUE TAKUT NYEBRANG.
Berati gue harus turun sedikit lebih jauh , tapi gak pa-pa yang penting ada yang nybrangin gue. Thanks yaa mute. Gue juga sebenernya bingung kenapa takut banget nyebrang. Bukan cuma nyebrang sih tapi juga segala hal yang berhubungan dengan lalu lintas. Misalnya sampe saat ini gue gak ada niat sedikit pun belajar mengendarai motor. Diboncengin aja udah buat gue ngeri kalo di jalan raya. Oke, seorang cewek emang gak harus bisa mengendarai motor (kasian ntar tukang ojek gak laku). Tapi gue pengen banget mengubah ketakutan gue akan nyebrang. So far ketakutan gue ini belum terlalu mengganggu tapi pasti ada saatnya gue harus mandiri. Hmm, tapi selama masih ada teman-teman gue yang berbaik hati membantu gue nyebrang gue sih gak khawatir. Hehe.
So. Kita nonton film judulnya FROM PARIS WITH LOVE. Bener kan dari judul aja udah drama abiss. Jujur gue gak begitu suka film action, males aja liat orang tembak-tembakan terus berantem. Tapi setelah gue serius nonton ternyata ceritanya bagus lho. Dan ada unsur dramanya walaupun sedikit. Yang paling penting tokoh utamanya ganteng. Sayang gue lupa namanya. Selama film diputar gue agak ragu temen gue yang namanya devi perhatiin filmnya abis tiap gue nengok kea rah dia, dia lagi maen hp. Pasti lagi sms-an sama brondongnya (peace depp).
Keluar bioskop, kita foto-foto depan detos21. Eh lebih tepatnya sih mereka yang foto-foto gue yang fotografernya. Sempet mau ke ws (warung steak) tapi di detos gak ada ws,dan kita mesti naek angkot dulu kalo mau makan disana kayaknya gak keburu tuh sama perut yang udah laper. Jadi makan di hokben aja. Gue baru liat ada orang makan nasi pake salad. Mute dan Nia. Setau gue salad itu buat makanan penutup. Pas gue cobain…..hmm, gak terlalu buruk sihh tapi kayaknya gue gak doyan deh. Kelar makan kira-kira jam setengah 5, gue, naomi,mute,khomeng, dan citra (yang suka banget baca buku) mampir ke gramed. Devi, nia,vety (yang kurang suka baca buku ) langsung pulang. Wow gak berasa kalo udah jam 6 keluar dari gramed. Seperti biasa kalo gue ke depok bareng sama temen dan temen gue arah pulangnya gak naek angkot jurusan depok-pal maka gue ikut temen yang naek 112 trus turun di lampu merah cibubur. Alasan nya simple aja. GUE TAKUT NYEBRANG.
Berati gue harus turun sedikit lebih jauh , tapi gak pa-pa yang penting ada yang nybrangin gue. Thanks yaa mute. Gue juga sebenernya bingung kenapa takut banget nyebrang. Bukan cuma nyebrang sih tapi juga segala hal yang berhubungan dengan lalu lintas. Misalnya sampe saat ini gue gak ada niat sedikit pun belajar mengendarai motor. Diboncengin aja udah buat gue ngeri kalo di jalan raya. Oke, seorang cewek emang gak harus bisa mengendarai motor (kasian ntar tukang ojek gak laku). Tapi gue pengen banget mengubah ketakutan gue akan nyebrang. So far ketakutan gue ini belum terlalu mengganggu tapi pasti ada saatnya gue harus mandiri. Hmm, tapi selama masih ada teman-teman gue yang berbaik hati membantu gue nyebrang gue sih gak khawatir. Hehe.
Langganan:
Postingan (Atom)
About Me
Labels
- lyric (1)